Aliran SESAT di negri ini selalu mendapat backup atau pembelaan dari golongan yang merasa diri paling humanis, namun sering kebablasan dalam menilai batasan kebebasan berkeyakinan dan berekspresi juga mendefinisikannya, seperti contohnya saat mereka menggunakan senjata pamungkas yang disebut HAM untuk melindungi pihak yang mereka anggap di perlakukan secara tidak adil, tentu tidak adil disini menurut penilaian mereka yang subjektif – tanpa perlu memahami – kenapa terjadi konflik
Seperti kasus HDH (Hidup Dibalik Hidup) golongan pembela HAM menolak jika istilah Sesat di sematkan pada HDH, menurut mereka hal itu bertentangan dengan ide HAM yakni kebebasan berkeyakinan dan beragama, sebenarnya pembelaan itu tidak lebih dari pembelaan prematur yang miskin analisa dan pembelajaraan lebih dalam, secara serampangan mereka menjatuhkan kesimpulan bahwa pihak yang terzhalimi (menurut mereka) pasti benar – sedangkan pihak yang menzhalimi dengan cap sesat (juga menurut mereka) pasti salah!
Logika seperti ini tidak ubahnya, seperti logika seorang bocah cengeng yang sedang ngerong-rong orang tuanya minta dibelikan mainan, namun tidak dibelikan maka selamanya orang tuanya dia anggap pelit – padahal saat itu si ortu lagi bokek :) )
Begitupun umat Islam saat memberikan label sesat pada HDH, karena ada alasan yang kuat dan mendukung, karena ajaran HDH mebawa-bawa atribut Islam namun bertentangan dengan ajaran Islam yang sudah baku dan global. Sesat di sini berarti sesuatu yang menyimpang dari alur ajaran Islam
Karena mereka membawa atribut Islam, maka umat Islam lah yang menilai dan memutuskan bahwa mereka sesat berdasarkan refrensi Islam, lalu apa masalahnya?
Dan yang lebih aneh lagi golongan humanis ini banyak pula yang beragama Islam, namun tidak perduli jika agamanya di korek-korek dengan alasan Tuhan tidak perlu di bela!
Kalau ide Tuhan tidak perlu dibela dijadikan pegangan, maka sekalian saja kalian tidak perlu shalat dan ibadah, karena sejatinya Tuhan tidak perlu ibadah kalian – bukan begitu?
Namun aneh bin ajaib jika hal sama terjadi di agama selain Islam, mereka secara berjamaah diam seribu kata dan tiba-tiba terserang penyakit bisu temporer, contohnya Sekte Hari Kiamat (Pondok Nabi) yang dicap sesat oleh PGI tahun 2006 lalu, tidak ada satupun kaum humanis yang mengaku beragama Islam angkat suara, bahkan ketika markas aliran itu di obrak-abrik dan pimpinannya di hukum penjara selama 3 tahun (Sumber Forum Detik)Tidak terdengar gema protes dari golongan itu!
Seorang teman pernah memberi jawaban manipulatif mengenai alasan mereka yakni; “Mungkin mereka merasa itu urusan agama lain jadi itu urusan internal agama lain, karenanya mereka tidak merasa perlu ikut campur”
Loh katanya menjunjung tinggi HAM? Bukannya HAM tidak terbatas golongan, agama dan kesukuan? Namun tautannya jauh tidak berujung, demi membela hak-hak kaum yang perlu dibela.
Bukankah aliran Pondok Nabi juga perlu dibela? Dan tidak boleh di cap sesat menurut ukuran menara HAM yang mereka bangun sendiri? Ini membuktikan ketidak konsistenan mereka dalam mempraktekan HAM, mereka menerapkan sistem seleksi, jika terjadi pelanggaran HAM di tubuh Islam mereka bersuara lantang tidak ubahnya vokalis2x Rock Band saat sedang konser di Woodstock, namun jika ditubuh agama lain, mereka diam – rupanya pita suara mereka rusak – atau microphone-nya lagi error
Maka itu saya katakan HAM TAI KUCING! Jika dipraktekan oleh “mereka” yang menggunakan seleksi moral, dan memang bener-bener jadi TAI KUCING jika digunakan untuk menyerang umat Islam!
sumber: http://abibakarblog.com/renungan/hidup-di-balik-hidup-hdh-ham-tai-kucing/
Seperti kasus HDH (Hidup Dibalik Hidup) golongan pembela HAM menolak jika istilah Sesat di sematkan pada HDH, menurut mereka hal itu bertentangan dengan ide HAM yakni kebebasan berkeyakinan dan beragama, sebenarnya pembelaan itu tidak lebih dari pembelaan prematur yang miskin analisa dan pembelajaraan lebih dalam, secara serampangan mereka menjatuhkan kesimpulan bahwa pihak yang terzhalimi (menurut mereka) pasti benar – sedangkan pihak yang menzhalimi dengan cap sesat (juga menurut mereka) pasti salah!
Logika seperti ini tidak ubahnya, seperti logika seorang bocah cengeng yang sedang ngerong-rong orang tuanya minta dibelikan mainan, namun tidak dibelikan maka selamanya orang tuanya dia anggap pelit – padahal saat itu si ortu lagi bokek :) )
Begitupun umat Islam saat memberikan label sesat pada HDH, karena ada alasan yang kuat dan mendukung, karena ajaran HDH mebawa-bawa atribut Islam namun bertentangan dengan ajaran Islam yang sudah baku dan global. Sesat di sini berarti sesuatu yang menyimpang dari alur ajaran Islam
Karena mereka membawa atribut Islam, maka umat Islam lah yang menilai dan memutuskan bahwa mereka sesat berdasarkan refrensi Islam, lalu apa masalahnya?
Dan yang lebih aneh lagi golongan humanis ini banyak pula yang beragama Islam, namun tidak perduli jika agamanya di korek-korek dengan alasan Tuhan tidak perlu di bela!
Kalau ide Tuhan tidak perlu dibela dijadikan pegangan, maka sekalian saja kalian tidak perlu shalat dan ibadah, karena sejatinya Tuhan tidak perlu ibadah kalian – bukan begitu?
Namun aneh bin ajaib jika hal sama terjadi di agama selain Islam, mereka secara berjamaah diam seribu kata dan tiba-tiba terserang penyakit bisu temporer, contohnya Sekte Hari Kiamat (Pondok Nabi) yang dicap sesat oleh PGI tahun 2006 lalu, tidak ada satupun kaum humanis yang mengaku beragama Islam angkat suara, bahkan ketika markas aliran itu di obrak-abrik dan pimpinannya di hukum penjara selama 3 tahun (Sumber Forum Detik)Tidak terdengar gema protes dari golongan itu!
Seorang teman pernah memberi jawaban manipulatif mengenai alasan mereka yakni; “Mungkin mereka merasa itu urusan agama lain jadi itu urusan internal agama lain, karenanya mereka tidak merasa perlu ikut campur”
Loh katanya menjunjung tinggi HAM? Bukannya HAM tidak terbatas golongan, agama dan kesukuan? Namun tautannya jauh tidak berujung, demi membela hak-hak kaum yang perlu dibela.
Bukankah aliran Pondok Nabi juga perlu dibela? Dan tidak boleh di cap sesat menurut ukuran menara HAM yang mereka bangun sendiri? Ini membuktikan ketidak konsistenan mereka dalam mempraktekan HAM, mereka menerapkan sistem seleksi, jika terjadi pelanggaran HAM di tubuh Islam mereka bersuara lantang tidak ubahnya vokalis2x Rock Band saat sedang konser di Woodstock, namun jika ditubuh agama lain, mereka diam – rupanya pita suara mereka rusak – atau microphone-nya lagi error
Maka itu saya katakan HAM TAI KUCING! Jika dipraktekan oleh “mereka” yang menggunakan seleksi moral, dan memang bener-bener jadi TAI KUCING jika digunakan untuk menyerang umat Islam!
sumber: http://abibakarblog.com/renungan/hidup-di-balik-hidup-hdh-ham-tai-kucing/
Sorry atas keberadaan kata tai kucing diartikel ini semata-mata ingin menggambarkan praktekan berat-sebelah golongan itu dalam praktekan HAM
0 komentar:
Posting Komentar