“Ikan ini jinak, tidak berbahaya," kata Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Probolinggo, Drs Tutug Edi Utomo MM. "Saking jinaknya, beberapa orang berani naik di punggung ikan hiu tutul itu,” ujarnya Senin 25 Januari 2010.
Kedatangan kumpulan hiu tutul menjadi berkah bagi Pantai Bentar, yang dikelola Dibudpar. Ratusan orang pun berbondong-bondong ingin menyaksikan hiu dari dekat. Tentu saja mereka harus naik perahu wisata yang banyak beroperasi di Pantai Bentar.
Bahkan demi menyambut hiu-hiu yang biasa muncul di bulan Januari-Februari itu, para pegawai Pantai Bentar, juga pemilik perahu wisata mengenakan atribut bertuliskan “I love hiu” (plesetan dari I love you).
Dengan menaiki perahu wisata, kumpulan hiu yang berenang di permukaan air laut yang dangkal itu bisa terlihat. Hiu-hiu yang badannya penuh tutul itu berputar-putar di perairan sekitar 1-2 Km dari bibir Pantai Bentar.
“Mungkin ikan-ikan hiu tutul itu sedang mencari makanan berupa plankton di perairan dangkal saat laut pasang,” ujar Dian Cahyo Prabowo, koordinator Pantai Bentar.
Beberapa nelayan di Probolinggo menuturkan, ikan hiu tutul memang banyak dijumpai di Laut Jawa. “Mulai perairan Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, hingga Madura sering dijumpai ikan kikaki,” ujar H Hambali, nelayan asal Kel./Kec. Mayangan, Kota Probolinggo.
Karena termasuk ikan jinak, nelayan pun tidak merasa terganggu dengan kemunculan tiba-tiba ikan berukuran panjang 5-12 meter. Meski mulutnya relatif lebar, 1-2 meter, ikan itu tidak pernah menggigit apalagi menelan nelayan.
Beberapa wisatawan di Pantai Bentar pun mengaku terhibur dengan kemunculan ikan hiu tutul itu. Seolah hendak memamerkan keindahan tubuhnya, ikan-ikan itu tidak berusaha menghindar ketika didekati perahu wisatawan.
Bahkan, Misnari, pengelola perahu wisata pun ikut memamerkan keberaniannya menaiki punggung ikan hiu tutul. Ia terjun dan berenang mendekati ikan hiu tutul. Dengan tangkas ia menaiki punggung ikan, mirip orang naik kuda. Tentu saja “aksi sirkus” Misnari ini menarik perhatian para wisatawan. Beberapa wisatawan awalnya mengaku takut, menyaksikan ikan yang mulutnya selebar karung.
“Tetapi begitu melihat Pak Misnari naik di punggung ikan, rasa takut itu berubah menjadi kekaguman. Subhanallah,” ujar Yanto, wisatawan asal Jetis, Mojokerto, yang bersama keluarganya berwisata ke Pantai Bentar.
Tidak hanya wisatawan yang senang bertemu dengan ikan hiu tutul. Sejumlah nelayan di Probolinggo pun menilai, kedatangan hiu tutul itu sebagai isyarat, tangkapan ikan melimpah.
“Biasanya saat hiu tutul muncul, ikan-ikan pun sedang melimpah. Bahkan sesekali, ikan hiu tutul itu ikut masuk jaring bersama-sama ikan lainnya,” ujar Sakrim, nelayan Desa Tamasari, Kec. Dringu.
“Tetapi begitu melihat Pak Misnari naik di punggung ikan, rasa takut itu berubah menjadi kekaguman. Subhanallah,” ujar Yanto, wisatawan asal Jetis, Mojokerto, yang bersama keluarganya berwisata ke Pantai Bentar.
Tidak hanya wisatawan yang senang bertemu dengan ikan hiu tutul. Sejumlah nelayan di Probolinggo pun menilai, kedatangan hiu tutul itu sebagai isyarat, tangkapan ikan melimpah.
“Biasanya saat hiu tutul muncul, ikan-ikan pun sedang melimpah. Bahkan sesekali, ikan hiu tutul itu ikut masuk jaring bersama-sama ikan lainnya,” ujar Sakrim, nelayan Desa Tamasari, Kec. Dringu.
0 komentar:
Posting Komentar